Rabu, 14 Desember 2016

Mengapa rezeki yg haram padahal REZKI TELAH DI JAMIN

[Mengapa Mencari Rezeki Yang Haram Padahal Rezeki Telah Dijamin?]
Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma
ba’du:
Tak pernah merasa kekurangan sedikitpun karena Allah Maha Banyak Memberi
rezeki
Sebagaimana sudah diketahui dari artikel sebelumnya, bahwa Allah Ta’ala
adalah (Ar-Razzaq [Yang Banyak Memberi rezeqi]) karena merupakan bentuk
mubalaghah (penyangatan) dari kata  (Pemberi rezeki), maka ini
menunjukkan kepada makna banyak. Yaitu menunjukkan banyaknya rezeki yang
Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya dan juga menunjukkan banyaknya
hamba-hamba-Nya yang mendapatkan rezeki tersebut.
Sehingga  (Ar-Razzaq) artinya Yang Banyak Memberi rezeqi. Dia memberi
rezeki yang satu kemudian rezeki yang lain dalam jumlah yang sangat
banyak untuk seluruh makhluk-Nya.
Setiap makhluk yang berjalan di muka bumi ini pasti diberi rezeki,
sebagaimana firman AllahTa’ala,
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
“Maksudnya, seluruh yang berjalan di muka bumi ini, baik dari kalangan
manusia (keturunan Nabi Adam ‘alaihis salam), maupun binatang, baik
binatang darat maupun laut, maka Allah Ta’ala telah menjamin rezeki dan
makanan mereka. Jadi, rezeki mereka dijamin oleh Allah” (Tafsir As-
Sa’di, hal. 422).
Berarti kita harus meyakini bahwa rezeki kita sudah dijamin oleh Allah
Ta’ala. Bahkan rezeki kita telah ditulis sebelum kita terlahir di dunia
ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Kemudian diutuslah Malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya,
dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya,
ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya” (HR. Al Bukhari dan
Muslim).
Rezeki yang telah ditulis untuk kita pasti akan sampai ke kita. Tidaklah
mungkin satu suap makanan yang sudah menjadi jatah kita akan masuk ke
mulut orang lain. Seseorang tidaklah akan mati jika masih ada satu butir
nasi saja yang menjadi jatahnya belum ia makan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik
dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga
terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut sampai kepadanya, maka
bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari
rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram”
(HR. Ibnu Majah, dan Syaikh Al-Albani menshahihkannya).
Seandainya sekarang seluruh manusia bersepakat untuk menghalangi rezeki
yang yang telah Allah tetapkan untuk Anda, maka pastilah mereka akan
gagal. Sebaliknya, sekarang seandainya seluruh manusia bersepakat untuk
memberi Anda sesuatu yang tidak Allah tetapkan untuk Anda, maka pastilah
mereka tidak akan mampu melakukannya.
“Ya Allah, tidak ada satupun yang mampu mencegah apa yang Engkau berikan
dan tidak pula ada satupun yang mampu memberi sesuatu yang Engkau cegah”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim, serta yang lainnya).
Jatah rezeki Anda sudah ditetapkan, maka tidak ada alasan bagi Anda
untuk merasa kekurangan. Bukankah tidak ada satu pun dari makhluk yang
mampu mengurangi jatah rezeki Anda? Jika demikian, maka tidak mungkin
jatah Anda bisa berkurang. Mengapa harus merasa kekurangan?
Jika Anda mengatakan “Tapi, rezeki yang saya dapatkan sedikit, jadi saya
merasa kurang, cari rezeki halal sulit dan lama kayanya! Saya ingin
cepat kaya! Rezeki haram lebih cepat dan mudah didapat, apa boleh buat!”
Maka kami katakan kepada Anda “Mengapa harus menerjang yang haram
padahal rezeki telah dijatah?”
Ketahuilah! Bahwa orang yang merasa tidak puas dengan rezeki halal yang
didapatkannya selama ini dan merasa kurang, lalu mencarinya dengan cara
yang haram, ini setidaknya ada tiga kemungkinan:
1. Ia malas mencari rezeki dengan cara yang halal atau kurang sungguh-
sungguh dalam bekerja.
2. Ia sudah bekerja maksimal dalam mencari rezeki yang halal, tapi masih
merasa kurang.
3. Ia sudah kaya, tapi masih pula merasa kurang.
Nasihat untuk orang yang pertama, hakikatnya ia sangatlah tidak pantas
merasa kekurangan, karena ia belum berusaha dengan maksimal. Adapun
untuk orang yang kedua dan ketiga, maka setidaknya ada dua kemungkinan
penyebabnya:
1. Ia sudah tahu sikap dan prinsip hidup seorang muslim yang benar dalam
masalah rezeki, lalu nekad melanggarnya.
2. Kurang atau tidak tahu sama sekali tentang sikap dan prinsip itu,
sehingga ia terjatuh kedalam pelanggaran.
Mudah-mudahan renungan ini bermanfaat dan mengingatkan kita semua.
Share jika bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar

Jika ingin berkomentar tidak menggunakan email
Plih name/url lalu isikan nama jika tidak mempunyai blog
Kosongkan saja lalu ketik publikasikan

 

About

trimakasih atas kunjungan anda semoga bermanfaat

Text

Risalah sufy Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers