بسم ٱلله ٱلرحمن ٱلرحيم
MENGKAJI PROPAGANDA WAHABI BAB 2
Menyikapi fenomena ini biasanya kelompok "itu" menekankan untuk kembali pada Quran dan Hadits umumnya memang disandarkan pada Surat Annisa ayat 59, “Fa in tanaza’tum fi syai-in farudduhu ilallahi wa rasulihi” (maka jika kamu berselisih paham dalam suatu urusan, kembalikan (urusan itu) pada Allah (Quran) dan Nabi (Hadits).
Persoalannya kemudian, perselisihan paham itu bukan karena tak berdasarkan Quran dan Hadits, tapi karena perbedaan penafsiran terhadap Quran dan hadits.
Kita mungkin sering mendengar kata-kata seperti judul di atas, di nasehati untuk kembali ke Al-Qur’an dan Hadist.
Sekilas nasehat tersebut baik, tentu saja baik karena kita dianjurkan untuk menjadikan al-qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup, tapi kalau direnung lebih dalam kita juga wajib bertanya, apakah semua orang diberi kebebasan untuk menafsirkan al-Qur’an? Kalau anda ada persoalan kemudian buka al-Qur’an dan Hadist kemudian memahami sendiri? Lalu dimana anda mau letakkan pendapat para ulama yang telah menyusun tafsir dan penjelasan lengkap selama 1400 tahun?
Ciri khas aliran yang dimunculkan kembali sekitar hampir 100 tahun lalu di tanah arab tidak lain menjauhkan ummat dengan Ulama dengan berbagai cara,
mulai dengan menghancurkan kuburan ulama dengan dalih syirik, melarang menghormati ulama dengan alasan dalam ajaran Islam dilarang mengkultuskan manusia, sebagian mereka bahkan membunuh para ulama.
termasuk slogan di atas, “Kembali ke al-Qur’an dan Hadist”
dengan slogan itu ummat tidak lagi perlu bertanya ke ulama, setiap manusia diberi kedudukan yang sama di hadapan Allah termasuk dalam menafsirkan al-Qur’an.
Slogan ini kemudian melahirkan orang-orang yang “sok tahu” tentang al-qur’an,
kemudian dengan mudah menvonis orang dengan ayat-ayat yang dipahami dengan keterbatasan ilmunya.
Saya sendiri sudah kenyang melihat jenis ulama gadungan, baru rajin shalat 3 bulan dan membaca al-Qur’an terjemahan, kemudian dengan mudah mengeluarkan “fatwa”, yang ini sesat, ini bid’ah, ini tidak sesuai al-Qur’an dan Hadist dst.
Lahirnya orang-orang yang dangkal memahami agama ini memang dirancang oleh kelompok yahudi dan orientalis sebagaimana penjelasan di postingan yg lalu,
dengan tujuan agar ummat ini mudah di ombang ambing seperti buih di lautan.
Terputusnya ummat dengan Ulama Pewaris Nabi akan mudah bagi mereka kemudian menyodorkan ulama versi mereka,
andai pun memahami al-Qur’an hanya sebatas tekstual, yang tertulis semata.
Bukakah begitu fakta yang terjadi?? Orang asal lihat teks hadits langsung mengartikan sebagaimana teks.
Contoh ttg bid'ah. Tak ada satupun ulama Ahlussunnah yg berkata bid'ah semua sesat. Tapi kelompok tadi telah meracuni pikiran korbannya sehingga apa yg ada diteks hadita itulah mutlak maknanya. Keliru.
Selama 100 tahun ummat Islam telah berhasil di perdaya, coba anda lihat hasilnya, ayat-ayat tentang jihad dimaknai apa adanya, maka lahirnya al-Qaida,yg dengan semangat takfiri bantai siapapun.
kemudian ada lagi ISIS dan lain-lain, diantara sesama muslim jadi saling mencurigai, ini hasil unggul produk “Kembali ke al-Qur’an dan Hadist” yang di dengungkan 100 tahun lalu dengan cara yang salah, slogan yang tidak pernah ada sebelumnya.
Mengartikan Quran dan Hadits langsung sesuai pemikirannya bukan ikut ulama terdahulu.
Ingat sodaraku berpedoman kepada Al Quran dan Hadits keduanya adalah harus, yang terpenting kita memahami cara dan kaidah mengartikan keduanya, memahami tanpa dengan bimbingan adalah keliru.
Menafsirkan al-Qur’an dengan akal pikiran akan membuat manusia tersesat, Nabi memberikan nasehat :
“Barang siapa yang menafsirkan al-Qur’an menurut pendapatnya sendiri, hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka”
(HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad)
Dari awal Nabi sudah khawatir akan muncul suatu generasi yang dengan sekehendak hatinya menafsirkan ayat al-Qur’an.
Siapa yang paling paham dengan firman Allah? Tentu saja Nabi dan siapa orang paling paham dengan Nabi? Tentu sahabat, dan siapa yang paling paham dengan sahabat? Tentu saja orang yang pernah hidup dengan sahabat Nabi, hubungan berantai itu yang menyebabkan Islam lestari hingga hari ini.
Paham yang di usung 100 tahun lalu tersebut kemudian menafikan mazhab, dengan alasan karena mazhab ummat ini terpecah, kemudian dengan alasan ini pula slogan “Kembali ke al-Qur’an dan Sunnah” terasa sangat masuk akal, akhirnya seluruh orang dengan gaya masing-masing mengartikan Al-Qur’an menurut akal pikirannya, hasilnya TERSESAT!.
Pemikiran paham yang muncul 100 tahun lalu tersebut memang rancu, satu sisi anda di suruh mengikuti al-Qur’an dan Sunnah, mengikuti ulama salaf, tapi sisi lain anda dilarang mengikuti mazhab, bukankah Imam Mazhab tersebut termasuk ulama salaf?
Imam Mazhab ibarat ahli masak, Koki terkenal yang mempunyai resep masak, kemudian resep itu diwariskan dan dipakai sekian lama dan terbukti memang sangat enak.
Ibarat masak kambing, ada berbagai jenis seperti: kari, rendang, sop dan sate, ke empat jenis ini mempunyai keungulan dan kelemahan masing-masing, silahkan anda mengikuti menurut kebutuhan masing-masing.
Bagi sebagian orang kari kambing adalah makanan yang sangat cocok untuk mereka, bahan-bahan pendukung seperti kelapa dan rempah-rempah kebetulan banyak di daerahnya, sebagian yang tinggal didaerah tanpa buah kelapa, sate atau sop adalah pilihan paling bagus.
Semua jenis masakan berdasarkan resep warisan koki terkenal tersebut sangat baik, karena telah diteliti oleh mereka.
Kemudian muncul satu golongan (100 tahun lalu) yang menolak bahkan membuang resep-resep bagus ahli masak yang telah terbukti selama 1000 tahun ampuh dan hebat, mereka membuang semua resep, bagi mereka gara-gara resep masakan kita jadi tidak kompak, semua orang harus kembali ke alamiah, tidak perlu bumbu-bumbu, itu semua bid’ah.
Akhirnya orang disuruh makan daging mentah, hasilnya: hambar dan sakit perut!
INI LOGIKA SEDERHANA, CONTOH KECIL YAG HARUSNYA MENYADARKAN!
Cara terbaik agar kita selalu mendapat bimbingan dari Allah adalah berguru kepada orang yang mempunyai hubungan baik dan dekat dengan Allah, orang-orang yang memahami firman Allah dengan hati yang disinari oleh cahaya-Nya. Menutup tulisan di part ini saya kutip firman Allah dalam surat an-Nahl 43 :
“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui”
[An Nahl 43]
Bersambung ke bab 3
MENGKAJI PROPAGANDA WAHABI BAB 2
Menyikapi fenomena ini biasanya kelompok "itu" menekankan untuk kembali pada Quran dan Hadits umumnya memang disandarkan pada Surat Annisa ayat 59, “Fa in tanaza’tum fi syai-in farudduhu ilallahi wa rasulihi” (maka jika kamu berselisih paham dalam suatu urusan, kembalikan (urusan itu) pada Allah (Quran) dan Nabi (Hadits).
Persoalannya kemudian, perselisihan paham itu bukan karena tak berdasarkan Quran dan Hadits, tapi karena perbedaan penafsiran terhadap Quran dan hadits.
Kita mungkin sering mendengar kata-kata seperti judul di atas, di nasehati untuk kembali ke Al-Qur’an dan Hadist.
Sekilas nasehat tersebut baik, tentu saja baik karena kita dianjurkan untuk menjadikan al-qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup, tapi kalau direnung lebih dalam kita juga wajib bertanya, apakah semua orang diberi kebebasan untuk menafsirkan al-Qur’an? Kalau anda ada persoalan kemudian buka al-Qur’an dan Hadist kemudian memahami sendiri? Lalu dimana anda mau letakkan pendapat para ulama yang telah menyusun tafsir dan penjelasan lengkap selama 1400 tahun?
Ciri khas aliran yang dimunculkan kembali sekitar hampir 100 tahun lalu di tanah arab tidak lain menjauhkan ummat dengan Ulama dengan berbagai cara,
mulai dengan menghancurkan kuburan ulama dengan dalih syirik, melarang menghormati ulama dengan alasan dalam ajaran Islam dilarang mengkultuskan manusia, sebagian mereka bahkan membunuh para ulama.
termasuk slogan di atas, “Kembali ke al-Qur’an dan Hadist”
dengan slogan itu ummat tidak lagi perlu bertanya ke ulama, setiap manusia diberi kedudukan yang sama di hadapan Allah termasuk dalam menafsirkan al-Qur’an.
Slogan ini kemudian melahirkan orang-orang yang “sok tahu” tentang al-qur’an,
kemudian dengan mudah menvonis orang dengan ayat-ayat yang dipahami dengan keterbatasan ilmunya.
Saya sendiri sudah kenyang melihat jenis ulama gadungan, baru rajin shalat 3 bulan dan membaca al-Qur’an terjemahan, kemudian dengan mudah mengeluarkan “fatwa”, yang ini sesat, ini bid’ah, ini tidak sesuai al-Qur’an dan Hadist dst.
Lahirnya orang-orang yang dangkal memahami agama ini memang dirancang oleh kelompok yahudi dan orientalis sebagaimana penjelasan di postingan yg lalu,
dengan tujuan agar ummat ini mudah di ombang ambing seperti buih di lautan.
Terputusnya ummat dengan Ulama Pewaris Nabi akan mudah bagi mereka kemudian menyodorkan ulama versi mereka,
andai pun memahami al-Qur’an hanya sebatas tekstual, yang tertulis semata.
Bukakah begitu fakta yang terjadi?? Orang asal lihat teks hadits langsung mengartikan sebagaimana teks.
Contoh ttg bid'ah. Tak ada satupun ulama Ahlussunnah yg berkata bid'ah semua sesat. Tapi kelompok tadi telah meracuni pikiran korbannya sehingga apa yg ada diteks hadita itulah mutlak maknanya. Keliru.
Selama 100 tahun ummat Islam telah berhasil di perdaya, coba anda lihat hasilnya, ayat-ayat tentang jihad dimaknai apa adanya, maka lahirnya al-Qaida,yg dengan semangat takfiri bantai siapapun.
kemudian ada lagi ISIS dan lain-lain, diantara sesama muslim jadi saling mencurigai, ini hasil unggul produk “Kembali ke al-Qur’an dan Hadist” yang di dengungkan 100 tahun lalu dengan cara yang salah, slogan yang tidak pernah ada sebelumnya.
Mengartikan Quran dan Hadits langsung sesuai pemikirannya bukan ikut ulama terdahulu.
Ingat sodaraku berpedoman kepada Al Quran dan Hadits keduanya adalah harus, yang terpenting kita memahami cara dan kaidah mengartikan keduanya, memahami tanpa dengan bimbingan adalah keliru.
Menafsirkan al-Qur’an dengan akal pikiran akan membuat manusia tersesat, Nabi memberikan nasehat :
“Barang siapa yang menafsirkan al-Qur’an menurut pendapatnya sendiri, hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka”
(HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad)
Dari awal Nabi sudah khawatir akan muncul suatu generasi yang dengan sekehendak hatinya menafsirkan ayat al-Qur’an.
Siapa yang paling paham dengan firman Allah? Tentu saja Nabi dan siapa orang paling paham dengan Nabi? Tentu sahabat, dan siapa yang paling paham dengan sahabat? Tentu saja orang yang pernah hidup dengan sahabat Nabi, hubungan berantai itu yang menyebabkan Islam lestari hingga hari ini.
Paham yang di usung 100 tahun lalu tersebut kemudian menafikan mazhab, dengan alasan karena mazhab ummat ini terpecah, kemudian dengan alasan ini pula slogan “Kembali ke al-Qur’an dan Sunnah” terasa sangat masuk akal, akhirnya seluruh orang dengan gaya masing-masing mengartikan Al-Qur’an menurut akal pikirannya, hasilnya TERSESAT!.
Pemikiran paham yang muncul 100 tahun lalu tersebut memang rancu, satu sisi anda di suruh mengikuti al-Qur’an dan Sunnah, mengikuti ulama salaf, tapi sisi lain anda dilarang mengikuti mazhab, bukankah Imam Mazhab tersebut termasuk ulama salaf?
Imam Mazhab ibarat ahli masak, Koki terkenal yang mempunyai resep masak, kemudian resep itu diwariskan dan dipakai sekian lama dan terbukti memang sangat enak.
Ibarat masak kambing, ada berbagai jenis seperti: kari, rendang, sop dan sate, ke empat jenis ini mempunyai keungulan dan kelemahan masing-masing, silahkan anda mengikuti menurut kebutuhan masing-masing.
Bagi sebagian orang kari kambing adalah makanan yang sangat cocok untuk mereka, bahan-bahan pendukung seperti kelapa dan rempah-rempah kebetulan banyak di daerahnya, sebagian yang tinggal didaerah tanpa buah kelapa, sate atau sop adalah pilihan paling bagus.
Semua jenis masakan berdasarkan resep warisan koki terkenal tersebut sangat baik, karena telah diteliti oleh mereka.
Kemudian muncul satu golongan (100 tahun lalu) yang menolak bahkan membuang resep-resep bagus ahli masak yang telah terbukti selama 1000 tahun ampuh dan hebat, mereka membuang semua resep, bagi mereka gara-gara resep masakan kita jadi tidak kompak, semua orang harus kembali ke alamiah, tidak perlu bumbu-bumbu, itu semua bid’ah.
Akhirnya orang disuruh makan daging mentah, hasilnya: hambar dan sakit perut!
INI LOGIKA SEDERHANA, CONTOH KECIL YAG HARUSNYA MENYADARKAN!
Cara terbaik agar kita selalu mendapat bimbingan dari Allah adalah berguru kepada orang yang mempunyai hubungan baik dan dekat dengan Allah, orang-orang yang memahami firman Allah dengan hati yang disinari oleh cahaya-Nya. Menutup tulisan di part ini saya kutip firman Allah dalam surat an-Nahl 43 :
“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui”
[An Nahl 43]
Bersambung ke bab 3
0 komentar:
Posting Komentar
Jika ingin berkomentar tidak menggunakan email
Plih name/url lalu isikan nama jika tidak mempunyai blog
Kosongkan saja lalu ketik publikasikan