Assalamualaikum
bismilahirohmanirohim
Bismillah..
Sering kita mendengar, seseorang mengucapkan “tauhid”, “jadilah seorang yang bertauhid”, “mari menegakkan tauhid”, “orang yang tidak bertauhid maka akan kekal di neraka.” dan kalimat-kalimat lain.
Namun tahukah kita apa makna tauhid itu? Bagaimana seseorang bisa dikatakan telah bertauhid. Jawabannya -insya Allah- antum temukan dalam pembahasan kali ini..
TAUHID:
Tinjauan secara makna bahasa: menyatukan, menyendirikan, mengesakan.
Tinjauan secara syariat: mengkhususkan Allah –سبحانه و تعالى-, pada hal-hal yang merupakan kekhususan Allah, baik dalam Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya, maupun nama dan sifat-Nya.
Sehingga bila seseorang itu dikatakan bertauhid, maka artinya adalah dia mentauhidkan Allah dalam tiga perkara:
PERTAMA:
Tauhid Rububiyah, yakni dia mengimani bahwa Allah satu-satunya yang bersendirian dalam perbuatan-Nya; kita harus meyakini bahwa Allah satu-satunya yang mencipta, meyakini bahwa Allah satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi rezeki, yang memberikan manfaat kepada manusia atau menurunkan musibah kepada manusia, yang melindungi manusia. Ini semua adalah Rububiyyah Allah.
Dan kaum musyrikin di zaman Rasulullah tidak mengingkari hal ini, mereka yakin bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi, mereka yakin bahwa Allah satu-satunya yang memberi rezeki, dan selainnya dari perbuatan Allah. Penjelasan tentang hal ini akan dibahas secara rinci pada pembahasan selanjutnya.
Jadi mengakui bahwa Allah yang mencipta, memberi rezeki, Allah yang mengatur segala perkara, yang menurunkan manfaat dan musibah kepada manusia, dan selainnya dari perbuatan Allah, dinamakan tauhid Rububiyyah.
KEDUA:
Tauhid Uluhiyah, yakni mengesakan Allah, menyendirikan Allah dalam peribadahan. Segala jenis ibadah, sepanjang dia disebut ibadah dalam agama, maka ibadah tersebut hanya diperuntukkan untuk Allah –سبحانه و تعالى-, tidak boleh diperuntukkan untuk selain Allah.
Ibadah hanya untuk Allah –سبحانه و تعالى-, sholat, zakat, haji, nazar, menyembelih, berharap, memohon pertolongan, memohon perlindungan, minta dilindungi dari mara bahaya, ini semua adalah bentuk ibadah. Jika dia ibadah, maka harus diserahkan kepada Allah, tidak boleh diserahkan kepada selain Allah.
KETIGA:
Tauhid Asma’ wa Sifat, yakni kita mengimani nama-nama dan sifat Allah, yang Allah mensifatkan dirinya dengan nama dan sifat tersebut, dan Rasulullah juga mensifatkan Allah dengan nama dan sifat tersebut.
Misalnya diantara nama Allah adalah Al ‘Aliim artinya Yang Maha Mengetahui, dalam nama ini terkandung didalamnya sifat ilmu, maka dari keimanan kepada Allah terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah kita wajib meyakini nama-nama tersebut dan menetapkan sifat yang terkandung di dalamnya.
Kita wajib meyakininya tanpa menyerupakannya dengan mahlukNya. Seperti dalam beberapa nash disebutkan bahwa Allah –سبحانه و تعالى- mempunyai tangan, kaki, dan mata.
Maka ketika Allah disifatkan dengan sifat ini, apa kewajiban kita? Bagaimana kita mentauhidkan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat Allah? Caranya adalah dengan meyakini nama dan sifat tersebut, karena Allah yang menyebutkannya, Allah yang paling tau tentang diri-Nya dan Rasulullah yang paling tau tentang Allah, sehingga apabila Allah dan Rasul-Nya sudah menetapkan, maka dia harus meyakini dan mengimani bahwa Allah disifatkan dengan sifat-sifat itu sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran Allah dan pasti tidak sama/serupa dengan mahluk, sebab tidak boleh menyerupakan Allah dengan mahluk-Nya.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy Syuraa: 11)
Manusia memiliki pendengaran dan penglihatan, tapi apakah sama antara pendengaran Allah dengan pendengaran manusia? Tidak sama, sebab Allah tidak boleh diserupakan dengan sesuatu apapun.
Allah itu Maha Tinggi, Maha Sempurna, kewajiban kita meyakini nama-nama dan sifat tersebut sesuai dengan apa yang disebutkan dalam
Al Qur’an da
Al Qur’an dan Sunnah, kita imani sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan Allah tanpa kita menolak nama dan sifat tersebut atau menyerupakan Allah dengan mahlukNya.
Kembali kami simpulkan, bahwa tauhid terbagi berapa? Tauhid terbagi tiga, yakni tauhid Rububiyah, yakni Allah satu-satunya yang bersendirian dengan perbuatanNya, yang kedua yakni tauhid uluhiyah yakni mengesakan Allah dalam peribadatan, seluruh jenis ibadah hanya diperuntukkan untuk Allah –سبحانه و تعالى-, tidak boleh ada ibadah yang diserahkan kepada Allah, kemudian yang ketiga adalah tauhid asma’ wa sifat, yakni kita mengimani nama dan sifat Allah yang diterangkan dalam Al Qur’an dan Sunnah, kita imani hal tersebut dengan penuh pembesaran dan pemuliaan kepada Allah, kita yakini bahwa Allah disifatkan dengan sifat tersebut sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan-Nya, dan kita yakin bahwa Allah tidak serupa dengan sesuatu apapun.
Inilah tauhid, seseorang memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah –سبحانه و تعالى-.
Sumber: Ditranskrip dari dauroh kitab Qawa’idil Arba’. Yang dibawakan oleh Al Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi -hafizhahullah-
0 komentar:
Posting Komentar
Jika ingin berkomentar tidak menggunakan email
Plih name/url lalu isikan nama jika tidak mempunyai blog
Kosongkan saja lalu ketik publikasikan